Teori Kepemimpinan:
Behavioral Theory
Dalam studi kepemimpinan, behavioral theory
atau teori perilaku, beranggapan bahwa pemimpin bukan hanya dilahirkan, tetapi
dapat diciptakan. Menurutnya pemimpin yang sukses pada dasarnya dapat
ditentukan, dan perilakunya dapat dipelajari. Teori ini tidak mengamati sifat
pemimpin yang dibawa sejak lahir, melainkan pada apa yang dilakukan pemimpin
secara aktual. Menurutnya, sukses seseorang dapat ditentukan oleh aksi nyata
dan yang terlihat. Implikasi dari pandangan ini adalah kemampuan kepemimpinan
seseorang dapat dipelajari.
Menurut behavioral theory terdapat dua
tipe perilaku yang diperlihatkan oleh seorang pemimpin, yakni 1) perhatian pada
orang; dan 2) perhatian pada produksi/pekerjaan. Bila kedua tipe tersebut
dikombinasikan dalam satu matriks maka menjadi satu tabel yang disebut The
Managerial Grid.
Dari tabel managerial grid di atas,
terlihat ada empat tipe kepemimpinan. Tipe country club management,
orientasi kepada tugas rendah, tetapi orientasi pada orang tinggi. Sesuai
dengan namanya tipe ini cocok diterapkan pada organisasi sosial. Tipe authority-compliance
(otoriter dan patuh) adalah tipe yang perhatian kepada tugas tinggi, namun
kepada orang rendah.
Tipe impoverished management (manajemen
terbelakang), baik kepada tugas maupun orang sangat rendah. Hal ini sebaiknya
ditinggalkan. Lalu ada tipe yang idel yaitu tipe team management. Tipe
ini orientasi pada tugas tinggi dan pada orang tinggi, sehingga lebih
mengutamakan tim.
Terdapat pula tipe yang berada di
tengah-tengah antara orientasi orang dan orientasi tugas yang disebut dengan middle
of the road management (manajemen di tengah jalan).
Berdasarkan penelitian, ketika seorang
pemimpin menunjukkan kedua jenis tipe perilaku tersebut, maka hal tersebut
mengindikasikan:
- Ketika perhatian oleh pemimpin meningkat, maka turn over karyawan dan absen menurun; dan
- Ketika orientasi tugas oleh pemimpin meningkat, maka performa karyawan bertambah.
Selain the managerial grid, tahun 1960
diperkenalkan “teori X dan teori Y” oleh McGregor. Menurut teori ini, dianggapa
terdapat dua jenis perilaku seorang pemimpin, yakni:
- Theory X, dengan asumsi perilaku sebagai berikut:
- Pada dasarnya setiap pekerja memiliki sifat tidak suka dengan pekerjaannya, dan akan berusaha menghindar dari pekerjaan tersebut;
- Karena ketidaksukaannya dengan pekerjaan, maka pekerja tersebut harus dipaksa, diawasi, dan diancam dengan ganjaran, dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan;
- Pekerja akan melalaikan tanggung jawab dan harus mendapatkan arahan yang resmi bila dibutuhkan; dan
- Kebanyakan pekerja menempatkan rasa aman di atas segala faktor yang berhubungan dengan pekerjaan, dan akan menunjukkan sedikit ambisi.
- Theory Y, dengan asumsi perilaku sebagai berikut:
- Pekerja memandang pekerjaan sebagai kegiatan sehari-hari yang alamiah;
- Pekerja (baik laki-laki maupun perempuan) akan bekerja dengan arahan yang mandiri dan tanpa pengawasan, bila mereka komitmen dengan tujuan organisasi;
- Rata-rata orang dapat belajar menerima, memahami, dan bertanggung jawab; dan
- Kemampuan untuk membuat keputusan oleh seseorang berbeda–beda dan bukan hanya kemampuan yang mutlak dimiliki seorang manajer.
Disamping teori managerial grid dan teori
X&Y di atas, terdapat konsep lain dalam studi perilaku pemimpin,
diantaranya:
- Teori Dua Dimensi oleh Halpin dan Winner, yang menyatakan bahwa perilaku pemimpin cenderung mengarah kepada: a) Dimensi konsiderasi; dan b) Dimensi Struktur inisiasi;
- Teori Tiga Faktor oleh Getzel dan Guba, yang menyatakan perilaku pemimpin cenderung mengarah pada perilaku: normatif, personal, dan traksaksional; dan
- Teori Empat Faktor dari Liphan dan Rankin, yang menyatakan perilaku pemimpin cenderung mengarah kepada perilaku yang sifatnya: struktural, fasilitatif, supportif, dan partisipatif.